PGRI Tuban - Witono selaku ketua PGRI Kabupaten Tuban sering menyampaikan harapan di berbagai forum-forum bagaimana upaya dan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Bumi Ronggolawe ini. Beliau tak bosan-bosan untuh menyampaikan hal tersebut kepada tenaga pendidik yang bertempat tugas di Kabupaten Tuban. Pasalnya poin itulah yang akan menjadikan pendidikan merupakan penyemaian peradaban bangsa untuk mewujudkan generasi yang akan datang, terutama menuju 100 tahun Indonesia merdeka atau Indonesia Emas 2045.
Dalam sesi wawancara yang dikutip dari artikel Refleksi Hardiknas - tubankab.go.id.
"Sehingga diharapkan generasi yang akan datang adalah generasi yang peka terhadap keberadaan kondisi riil saat ini dan mampu menjawab tantangan masa depan," ungkap pensiunan guru ASN itu, Kamis (02/05).
Mantan Sekretaris Disdik Tuban itu mengatakan, untuk mewujudkan itu semua adalah pendidikan yang berkualitas. Maka harus memperhatikan orang-orang yang peduli dengan pendidikan. Seperti yang diamanatkan oleh Bapak Pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui filosofinya Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (Di depan memberi contoh, di tengah-tengah membangun semangat, dari belakang memberi dorongan).
"Tingkat kepeduliannya terhadap pendidikan yang luar biasa, maka hari lahirnya diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional," tutur pria yang menjadi guru sejak 1986 itu.
Ketua PGRI Tuban periode 2020-2025 itu menambahkan, untuk mewujudkan itu, tentu membutuhkan seorang guru sebagai pendidik, pelatih, pengajar anak-anak dalam mengantarkan terbang kedua sayapnya ke langit biru untuk menjadi anak yang pintar dan benar.
"Benar pesan Ali bin Abi Thalib, didiklah anakmu sesuai zamannya, tentu mereka akan mengalami masa yang berbeda dengan zamanmu," seru Witono.
Untuk itu, diakuinya, zaman Ki Hadjar Dewantara tentu berbeda dengan zaman sekarang, maka tema saat ini sudah diselaraskan dengan kondisi riil sekarang. Hari pendidikan saat ini bergerak bersama, majukan Indonesia.
"Kurikulum bisa berganti, mulai 1947, 1952, 1968, 1974, 1984, 1994, 2003, 2004, 2006, 2013 hingga kurikulum merdeka," beber dia.
Tentu, tandasnya, itu sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan yang pasti tak bisa terganti, yakni kehadiran guru.
"Sebagai organisasi profesi guru, kami mendorong bagaimana kami dapat menjadi guru yang bermutu, mampu menjawab tantangan dan teladan seperti semboyan filosofi Ki Hadjar Dewantara," timpal Witono.
Harapan Ketua PGRI Kabupaten Tuban tersebut semoga dapat memberikan sugesti positif bagi tenaga pendidik di Kabupaten Tuban.
Hidup Guru, Hidup PGRI, Solidaritas Yes!
-
Kirim Komentar